S2 Teknologi Pembelajaran Untirta

Teknologi Pendidikan Untuk Kita Semua

Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Sekolah Oktober 16, 2009

Filed under: artikel — Universitas Tirtayasa S2 TPm @ 2:46 am

oleh : Murti Siswantini (Mahasiswa MTP Unila Tahun 2008)

Pendidikan merupakan factor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Suatu pendidkan dapat dikatakan bermutu, jika proses pembelajaraaan berlangsung secara menarik dan menantang sehingga peserta didik dapat belajar sebanyak mungkin dan berkelanjutan. Untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu perlu disusun dan dilaksanakanya program-program pendidikan yang mampu membelajarkan peserta didik dalam menguasai pengetahuan, ketrampilan dan keahlian (kreativitas) sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Fakta di lapangan masih banyak sekolah dalam pembelajaran menggunakan cara – cara konvensional dan lebih menekankan perkembangan kecerdasan dari pada perkembangan bakat dan kreativitas peserta didik. Kreativitas peserta didik bila dikembangkan merupakan perwujudan diri yang sangat bermanfaat untuk kehidupanya kelak. Kreativitas adalah proses merasakan suatu masalah bagaimana memecahkan masalah dengan cara mengamati, menguji kemudian dapat menyimpulkan, oleh sebab itu seorang guru dalam melakukan pembelajaran harus mampu menguasai berbagai metode pembelajaran misalnya metode pemecahan masalah, karena dengan adanya pembelajaran berbasis masalah diharapkan peserta didik dapat menemukan ide-ide baru sehingga mampu bersaing dalam dunia pendidikan pada umumnya (undang-undang NO 20 tahun 2003 tentang sisdiknas ) peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Untuk mengembangkan kreativitas peserta didik menuntut guru di lapangan lebih kreatif, inovatif, tidak merasa sebagai teacher center, harus menempatkan siswa tidak sebagai obyek melainkan sebagai subyek belajar sehingga pembelajaran lebih menyenangkan, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Sebagai seorang manusia peserta didik mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing

Mereka mamiliki potensi dan kapasitas yang ada pada diri mereka sehingga seorang guru harus menghargai keunikan tersebut dan tidak semua peserta didik disamaratakan.

Siawa berbakat di dalam kelas mungkin sudah menguasai materi sebelum diajarkan di sekolah. Mereka memiliki kemampuan belajar ketrampilan dan konsep pembelajaran yang lebih maju. Dalam paradikma berfikir banyak orangtua dan guru mempunyai pandangan kreativitas akan menimbulkan konflik dal;am pembelajaran atau pengelolaan pendidikan, karena bertentangan dengan disiplin pembelajaran. Cara pandang ini sangatlah tidak tepat karena dengan kreativitas justru menuntut disiplin agar keahlianya dapat terwujud. Disiplin yang dimaksudkan dalam hal ini adalah disiplin diri, disiplin bidang ilmu .

Pemanfaatan teknologi informasi merupakan cara tepat untuk meningkatkan kreativitas peserta didik akan tetapi belum semua sekolah memiliki sarana dan prasarana tersebut Dengan adanya biaya pendidikan 20 % diharapkan semua sekolah dapat memiliki sarana dan prasarana sesuai dengan tuntutan zaman.Dalam peningkatan mutu ada dua aspek yang harus diperhatikan yaitu aspak kwalitas hasil dan aspek proses mencapai hasil .Teori manajemen mutu terpadu yang lebih dekenal dengan Total Quality Manajemen (TQM) banyak diadopsi dan digunakan oleh dunia pendidikan dan teori ini dianggap sangat tepat .

Konsep total quality manajemen pertama kali dikemukakan oleh Nancy Warren, seorang behavioral scientist di United States Navy ( Walton dalam Bounds, et.al,l994). Istilah ini mengandung makna every process,every job dan every person (Lewis & Smith, l994).

Edward Sallis (2006: 73 ) menyatakan bahwa Total Quality Management (TQM) Pendidikan adalah sebuah filosofis tentang perbaikan secara terus menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para pelanggannya saat ini dan untuk masa yang akan datang.

Di sisi lain, Zamroni memandang bahwa peningkatan mutu dengan model TQM, dimana sekolah menekankan pada peran kultur sekolah dalam kerangka model The Total Quality Management (TQM). Teori ini menjelaskan bahwa mutu sekolah mencakup tiga kemampuan, yaitu : kemampuan akademik, sosial, dan moral (Zamroni, 2007:6).

Menurut teori ini, mutu sekolah ditettukan oleh tiga variable, yakni kultur sekolah, proses belajar mengajar, dan realitas sekolah. Kultur sekolah merupakan nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan, upacara-upacara, slogan-slogan dan berbagai perilaku yang telah lama terbentuk di sekolah dan diteruskan dari satu angkatan ke angkatan berikutnya, baik secara sadar maupun tidak. Kultur ini diyakini mempengaruhi perilaku seluruh komponen sekolah, yaitu : guru, kepala sekolah, staf administrasi, siswa, dan juga orang tua siswa. Kultur yang kondusif bagai peningkatan mutu akan mendorong perilaku warga kearah peningkatan mutu sekolah, sebaliknya kultur yang tidak kondusif akan mengahambat upaya menuju peningkatan mutu sekolah.

Daftar Pustaka

Depdiknas, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas, 2003.
Munandar, Utami, Kreativitas dan Keberbakatan; Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1999.
Sagala, Syaiful, Adminstrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: Alfabeta, 2005.

Manajemen Berbasis Sekolah & Masyarakat, Bandung: Alfabeta, 2004
Suyadi Prawirosentono, Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu Abad 21, Jakarta: Bumi Aksara, 2007.

Zamroni, Meningkatkan Mutu Sekolah, Jakarta: PSAP Muhammadiyah, 2007.

 

Persfektif Pendidikan Masa Kini dan Mendatang

Filed under: artikel — Universitas Tirtayasa S2 TPm @ 2:38 am

Oleh: Maya Nurita (Mahasiswa MTP Unila Tahun 2008)

1. Pendahuluan

Pembahasan tentang pendidikan dan permasalahannya ibarat mengurai benang kusut yang tak akan kunjung selesai, karena berbagai faktor perkembangan dan perubahan dalam bidang sosial, budaya, ekonomi, ideologi, informasi dan teknologi masing-masing memberikan terpaan yang menyebabkan condongnya arah dan kebijakan dalam perjalanan dunia pendidikan.

Dalam tulisan ini, penulis membatasi permasalahan dalam persfektif umum tentang hakekat pendidikan dalam era globalisasi. Bagaimana upaya dari suatu satuan pendidikan dalam mengeksistensikan dirinya dalam dunia yang sangat kompetitif dalam era globalisasi sekarang ini, dimana pengaruh globalisasi menyebabkan kompetisi dalam bidang ekonomi dan pemasaran, tekanan dalam bidang ekologi dan lingkungan, tuntutan akan kebutuhan pendidikan yang mampu menciptakan suatu keluaran yang adaftif terhadap perkembangan jaman, serta goncangan sosial akibat kesenjangan-kesenjangan yang timbul dalam beradaftasi terhadap perubahan tersebut.

Manusia hakekatnya adalah sebagai individu yang berkembang merupakan mahkluk yang terus berkembang dalam aspek psikologis, fisik, dan kematangan mental. Manusia memerlukan suatu pembelajaran dari permasalahan-permasalan hidup yang terjadi di lingkungannya dalam mematangkan keputusan yang akan diambil dalam menjawab permasalah tersebut. Permasalahan yang dijumpai dalam kehidupannya merupakan pengalaman pembelajaran dalam proses pendidikan dalam hidupnya.
Dalam lembaga pendidikan, anak didik merupakan tumpuan harapan bangsa sebagai generasi penerus. Agar anak menjadi generasi penerus yang memiliki potensi sumber daya manusia yang tangguh, maka tumbuh kembangnya harus berjalan optimal. Anak dan masa depan adalah suatu kesatuan yang dapat diwujudkan untuk membentuk suatu generasi yang dibutuhkan oleh bangsa terutama bangsa yang sedang membangun. Peningkatan keterampilan, pembinaan mental dan moral harus lebih ditingkatkan. Disinilah peran pendidikan harus mampu menjawab kebutuhan akan sumber daya manusia yang berkualitas.

2. Pendidikan dan kebudayaan

Pendidikan dan pembelajaran merupakan aktivitas yang penuh dengan muatan kebudayaan, oleh sebab itu manusia sangat perlu memahami tentang arti budaya dan bagaimanakah hubungan antara pendidikan dengan budaya, supaya pembahasan ini sedikitnya berguna untuk mengingatkan kita terhadap kewajiban lembaga pendidikan (perguruan) atau sekolah yang ada di tengah-tengah masyarakat.

Ki Hajar Dewantara (1977), menyatakan bahwa “kultur” mengandung arti usaha menanam dengan sengaja dengan menggunakan teori-teori (pengetahuan/metode), termasuk cara memelihara, cara memperbaiki pertumbuhannya, supaya dapat mendapat hasil secara maksimal dari tanaman tersebut. Usaha kebudayaan merupakan segala perbuatan manusia, yang timbul dari kematangan budi pekertinya, yaitu hasil dari kehalusan perasaannya (moral), hasil dari kecerdasan fikirannya, serta hasil dari kemauan yang kuat, dan segala daya upayanya. Kebudayaan merupakan hasil dari “trisakti’nya manusia. Semua aktivitas (tingkah laku) manusia yang matang budi pekertinya akan mempunyai sifat indah serta berguna bagi kehidupan sesamanya.

Tujuan utama dari pendidikan “cultural” hendaklah mengusahakan pertumbuhan budi pekerti yang sebaik-baiknya. Sifat pendidikan “cultural” adalah mengolah pikiran (kecerdasan), perasaan (etika dan estetika) dan kemauan (motivasi) hendaklah terus ditingkatkan kecerdasannya. Pendidikan kebudayaan adalah pendidikan yang mempertinggi nilai kemanusiaan.

3. Pendidikan dalam Era Globalisasi

Menghadapi era globalisasi yang ditandai dengan berbagai perubahan tata nilai, pendidikan harus mampu menciptakan pengalaman-pengalaman baru, baik yang ditata secara sistematis yang merupakan pengalaman belajar secara formal di sekolah maupun yang tidak terstruktur di luar sekolah yaitu dalam keluarga dan masyarakat. Kulaitas manusi yang tangguh, andal dan unggul harus dipersiapkan oleh lembaga pendidikan dalam menghadapi tantangan kehidupan. Rusyan (1992), menyatakan bahwa kualitas unggul dala proses pendidikan adalah memiliki karakteristik ketaqwaan tarhadap Tuhan YME, jujur, berbudi pekerti yang luhur, ulet, gigih,

Era globalisasi telah merombak tata nilai kehidupan yang dipedomani secara mendasar. Untuk menanggulangi permasalahan yang timbul dari globalisasi diperlukan suatu kreativitas. Dalam hal ini, hendaknya pendidikan mampu meningkatkan kemampuan bersikap dan berpikir peserta didik dalam berkreatif, berinovasi serta mengembangkan wawasan yang sangat luas.
Pembinaan kreativitas peserta didik akan terjadi dengan baik di sekolah, jika peserta didik, jika peserta didik peka terhadap perasaan ingin tahu dalam menjawab permasalahan. Peserta didik akan lebih kreatif di sekolah bila dapat melibatkan diri dalam pendalamam bahan pembelajaran, mampu menganalisis, mencari alternative, menyisihkan alternative yang tidak berhasil dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan lainnya yang melibatkan daya piker konstruktif.

4. Pendidikan dan Tuntutan Kerja

Ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat perlu diimbangi dengan perubahan kemampuan dan keterampilan, sebab lapangan pekerjaan menuntut kemampuan tersendiri. Dalam menjawab tuntutan pekerjaan, hendaknya pendidikan mengembangkan pola terpadu dalam system pendidikan nasional, pelatihan kerja nasional dan program pembangunan serta menciptakan suatu system pendidikan kejuruan yang optimal.

Pendidikan perlu dilakukan secara lebih terpadu dan serasi baik antara sector pendidikan dan sektor-sektor pembangunan lainnya. Sektor ketenagakerjaan memerlukan berbagai jenis keterampilan dan keahlian di segala bidang dan peningkatan mutu sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Keterkaitan pendidikan dengan pembangunan dipengaruhi beberapa faktor:
1) Manusia sebagai penunjang pembangunan
2) Pendidikan merupakan penunjang pembangunan
3) Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan
5. Pembaharuan Pendidikan

Pembaharuan pendidikan merupakan perubahan yang didasarkan kepada usaha-usaha yang dilakukan secara sadar, berencana, terpola pada tujuan pendidikan. Perkembangan dan pembaharuan pendidikan dilakukan dalam usaha untuk mempersiapkan hari esok yang memberikan harapan sesuai dengan cita-cita yang diangankan, sehingga pembangunan dapat tercapai dengan baik

Rusyan (1992), mengidentifikasi beberapa faktor yang mempengaruhi pendidikan, antara lain:

1) Pandangan masyarakat terhadap pendidikan,
2) Pertambahan penduduk,
3) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

Tujuan pembaharuan pendidikan terfokus pada pemerataan pendidikan, peningkatan kualitas, memanusiakan manusia, dan relevansi keluaran terhadap lapangan pekerjaan. Pembaharuan pendidikan dilakukan untuk memecahkan masalah yang mengarah pada perbaikan pendidikan, sehingga pembinaan pendidikan lebih memberikan harapan bagi kemajuan bangsa dan pembangunan.

6. Masalah Mutu Pendidikan

Masalah kualitas pendidikan, salah satunya adalah adanya kesenjangan antara keluaran pendidikan terhadap lapangan kerja. Tilaar (1991), Mengemukakan bahwa salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan nasional dewasa ini adalah masalah kualitas yang dirahasiakan jauh tercecer dari keberhasilan pencapaian target kualitas.

Masalah mutu pendidikan sangat menarik perhatian masyarakat dewasa ini. Ada beberapa sudut pandang masyarakat terhadap masalah mutu pendidikan, diantaranya:

1) perbandingan keluaran dunia pendidikan terhadap lapangan kerja. Masayarakat menilai suatu pendidikan yang bermutu adalah suatu pendidikan yang dapat menjamin terhadap penyerapan atau penciptaan lapangan pekerjaan terhadap keluarannya.

2) adanya tolok ukur yang sempit terhadap standar mutu pendidikan. Hasil Ujian Nasional yang merupakan tolok ukur kualitas pendidikan dengan standar minimal kelulusan merupakan faktor yang sangat sempit terhadap tolok ukur mutu pendidikan. Hal tersebut sangat tidak sesuai dengan hakikat pendidikan yaitu perubahan kearah yang lebih baik terhadap manusia seutuhnya.

Untuk menentukan apakah mutu pendidikan itu rendah atau tinggi, haruslah ada criteria atau standar atau tolok ukur yang dijadikan patokan apakah proses pendidikan itu telah berjalan benar, efektif, ekonomis atau memuaskan dalam rangka mencapai standar yang telah ditentukan.

7. Peranan Pendidikan Masa Kini dan Mendatang

Sekolah mempunyai peranan yang sangat penting bagi masyarakat dalam pendidikan. Karena sekolah berfungsi sebagai sarana menginformasikan tentang sistem pendidikan, lembaga penyelenggara interaksi proses belajar mengajar. Peranan sekolah sebagai lembaga layanan pendidikan untuk kepentingan masyarakat dalam rangka usaha pengembangan prestasi peserta didik dan sekolah merupakan pengembang pendidikan. Peranan sekolah dalam hal ini sebagai lembaga seleksi, lembaga pembaharu, lembaga peningkatan pendidikan, lembaga asimilasi, dan sebagai lembaga pemeliharaan kelestarian pendidikan.

8. Penutup

Masa mendatang marupakan sambungan dari masa kini, sedangkan masa kini berasal dari masa dulu. Pendidikan yang ideal pada masa dulu memberikan landasan atau dasar begi pengembangan pendidikan masa kini. Hal ini berarti, bahwa hal-hal yang pokok pada masa dulu, mungkin masih dapat dijadikan dasar orientasi pada pendidikan masa kini. Perkembangan dan dinamika dari pendidikan masa lalu, tidak perlu menjadi hal yang negative, justru hal tersebut harus dijadikan dasar evaluasi untuk kemajuan pendidikan masa yang akan dating karena tuntutan dan persaingan akan semakin ketat.

Referensi

Rusyan, Tabrani. A. 1992. Pendidikan Masa Kini dan Mendatang. Jakarta. CV. Bina Mulia.

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Keluarga: Tentang Ikhwal Keluarga Remaja dan Anak. Jakarta. PT. Rineka Cipta.

Tilaar, H.A.R. 1991. Pendidikan dalam Pembangunan Nasional Menjelang Abad 21. Jakarta. Balai Pustaka.

 

Peranan Teknologi Informasi dalam Kegiatan Pembelajaran Oktober 13, 2009

Filed under: Uncategorized — Universitas Tirtayasa S2 TPm @ 2:41 am

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perubahan lingkungan luar dunia pendidikan, mulai lingkungan sosial, ekonomi, teknologi, sampai politik mengharuskan dunia pendidikan memikirkan kembali bagaimana perubahan tersebut mempengaruhinya sebagai sebuah institusi sosial dan bagaimana harus berinteraksi dengan perubahan tersebut. Salah satu perubahan lingkungan yang sangat mempengaruhi dunia pendidikan adalah hadirnya teknologi informasi (TI).

Teknologi Informasi dan Komunikasi merupakan elemen penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Peranan teknologi informasi pada aktivitas manusia pada saat ini memang begitu besar. Teknologi informasi telah menjadi fasilitas utama bagi kegiatan berbagai sektor kehidupan dimana memberikan andil besar terhadap perubahan – perubahan yang mendasar pada struktur operasi dan manajemen organisasi, pendidikan, trasportasi, kesehatan dan penelitian. Oleh karena itu sangatlah penting peningkatan kemampuan sumber daya manusia (SDM) TIK, mulai dari keterampilan dan pengetahuan, perencanaan, pengoperasian, perawatan dan pengawasan, serta peningkatan kemampuan TIK para pimpinan di lembaga pemerintahan, pendidikan, perusahaan, UKM (usaha kecil menengah) dan LSM. Sehingga pada akhirnya akan dihasilkan output yang sangat bermanfaat baik bagi manusia sebagai individu itu sendiri maupun bagi semua sektor kehidupan (Pikiran Rakyat, 2005:Mei).
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu: (1) dari pelatihan ke penampilan, (2) dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja, (3) dari kertas ke “on line” atau saluran, (4) fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, (5) dari waktu siklus ke waktu nyata. Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dan sebagainya. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut (Rosenberg, 2001).
1.2. Rumusan Masalah
Kegiatan pembelajaran yang efektif memerlukan suatu media yang mendukung penyerapan informasi sebanyak-banyakanya. Seiring dengan perkembangan jaman, maka teknologi informasi berperan penting sebagai sarana untuk mendapatkan sumber informasi sebanyak-banyaknya yang berhubungan dengan materi pelajaran yang diajarkan.
1.3. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui peranan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam kegiatan pembelajaran dan perkembangan dunia pendidikan, serta pengaruh teknologi informasi dalam menghasilkan keluaran peserta didik yang bermutu dan modern.

BAB II
KAJIAN

2.1 Teknologi Dan Hubungannya Dengan Metodologi Pembelajaran

Kata teknologi sering dipahami oleh orang awam sebagai sesuatu yang berupa mesin atau hal-hal yang berkaitan dengan permesinan, namun sesungguhnya teknologi pendidikan memiliki makna yang lebih luas, karena teknologi pendidikan merupakan perpaduan dari unsur manusia, mesin, ide, prosedur, dan pengelolaannya (Hoba, 1977) kemudian pengertian tersebut akan lebih jelas dengan pengertian bahwa pada hakikatnya teknologi adalah penerapan dari ilmu atau pengetahuan lain yang terorganisir ke dalam tugas-tugas praktis (Galbraith, 1977).

Keberadaan teknologi harus dimaknai sebagai upaya untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dan teknologi tidak dapat dipisahkan dari masalah, sebab teknologi lahir dan dikembangkan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh manusia. Berkaitan dengan hal tersebut, maka teknologi pendidikan juga dapat dipandang sebagai suatu produk dan proses (Sadiman, 1993).

Sebagai suatu produk teknologi pendidikan mudah dipahami karena sifatnya lebih konkrit seperti radio, televisi, proyektor, OHP dan sebagainya. Sebagai sebuah proses teknologi pendidikan bersifat abstrak. Dalam hal ini teknologi pendidikan bisa dipahami sebagai sesuatu proses yang kompleks, dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan untuk mengatasi permasalahan,melaksanakan,menilai, dan mengelola pemecahan masalah tersebut yang mencakup semua aspek belajar manusia. (AECT, 1977).

Sejalan dengan hal tersebut, maka lahirnya teknologi pendidikan lahir dari adanya permasalahan dalam pendidikan.Permasalahan pendidikan yang mencuat saat ini, meliputi pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, peningkatan mutu / kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan. Permasalahan serius yang masih dirasakan oleh pendidikan mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi adalah masalah kualitas, tentu saja ini dapat di pecahkan melalui pendekatan teknologi pendidikan.

Terdapat tiga prinsip dasar dalam teknologi pendidikan sebagai acuan dalam pengembangan dan pemanfaatannya, yaitu : pendekatan sistem, berorientasi pada mahasiswa, dan pemanfaatan sumber belajar (Sadiman, 1984:44). Prinsip pendekatan sistem berarti bahwa penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran perlu disain / perancangan dengan menggunakan pendekatan sistem. Dalam merancang pembelajaran diperlukan langkah-llangkah procedural meliputi : identifikasi masalah, analisis keadaan, identifikasi tujuan, pengelolaan pembelajaran, penetapan metode, penetapan media evaluasi pembelajaran (IDI model, 1989) .

Prinsip berorientasi pada mahasiswa beratri bahwa dalam pembelajaran hendaknya memusatkan perhatiannya pada peserta didik dengan memperhatikan karakteristik,minat, potensi dari mahasiswa. Prinsip pemanfaatan sumber belajar berarti dalam pembelajaran mahasiswa hendaknya dapat memanfaatkan sumber belajar untuk mengakses pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkannya.Satu hal lagi lagi bahwa teknologi pendidikan adalah satu bidang yang menekankan pada aspek belajar mahasiswa.

Keberhasilan pembelajaran yang dilakukan dalam satu kegiatan pendidiakan adalah bagaimana mahasiswa dapat belajar, dengan cara mengidentifikasi, mengembangkan, mengorganisasi, serta menggunakan segala macam sumber belajar. Dengan demikian upaya pemecahan masalah dalam pendekatan teknologi pendidikan adalah dengan mendayagunakan sumber belajar. Hal ini sesuai dengan ditandai dengan pengubahan istilah dari teknologi pendidikan menjadi teknologi pembelajaran. Dalam definisi teknologi pembelajaran dinyatakan bahwa ”teknologi pendidikan adalah teori dan praktek dalam hal desain, pengembangan

2.2 Peran Teknologi Informasi Dalam Modernisasi Pendidikan
Menurut Resnick (2002) ada tiga hal penting yang harus dipikirkan ulang terkait dengan modernisasi pendidikan: (1) bagaimana kita belajar (how people learn); (2) apa yang kita pelajari (what people learn); dan (3) kapan dan dimana kita belajar (where and when people learn). Dengan mencermati jawaban atas ketiga pertanyaan ini, dan potensi TI yang bisa dimanfaatkan seperti telah diuraikan sebelumnya, maka peran TI dalam moderninasi pendidikan bangsa dapat dirumuskan.
Pertanyaan pertama, bagaimana kita belajar, terkait dengan metode atau model 3 pembelajaran. Cara berinteraksi antara guru dengan siswa sangat menentukan model pembelajaran. Terkait dengan ini, menurut Pannen (2005), saat ini terjadi perubahan paradigma pembelajaran terkait dengan ketergantungan terhadap guru dan peran guru dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran seharusnya tidak 100% bergantung kepada guru lagi (instructor dependent) tetapi lebih banyak terpusat kepada siswa (student-centered learning atau instructor independent). Guru juga tidak lagi dijadikan satu-satunya rujukan semua pengetahuan tetapi lebih sebagai fasilitator atau konsultan.
Peranan yang bisa dilakukan TI dalam model pembelajaran ini sangat jelas. Hadirnya e-learning dengan semua variasi tingkatannya telah memfasilitasi perubahan ini. Secara umum, e-learning dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang disampaikan melalui semua media elektronik termasuk, Internet, intranet, extranet, satelit, audio/video tape, TV interaktif, dan CD ROM (Govindasamy, 2002). Menurut Kirkpatrick (2001), e-learning telah mendorong demokratisasi pengajaran dan proses pembelajaran dengan memberikan kendali yang lebih besar dalam pembelajaran kepada siswa. Hal ini sangat sesuai dengan prinsip penyelenggaraan pendidikan nasional seperti termaktub dalam Pasal 4 Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa “pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa”.
Secara umum, peranan e-learning dalam proses pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi dua: komplementer dan substitusi. Yang pertama mengandaikan bahwa cara pembelajaran dengan pertemuan tatap-muka masih berjalan tetapi ditambah dengan model interaksi berbantuan TI, sedang yang kedua sebagian besar proses pembelajaran dilakukan berbantuan TI. Saat ini, regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah juga telah memfasilitasi pemanfaatan e-learning sebagai substitusi proses pembelajaran konvensional. Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 107/U/2001 dengan jelas membuka koridor untuk menyelenggarakan pendidikan jarak jauh di mana e-learning dapat masuk memainkan peran.
2.3 Pengembangan Teknologi Sebagai Bahan Ajar
Bahan ajar dalam pendidikan teknologi dikembangkan atas dasar 1)pokok-pokok bahasan yang paling essensial dan representatif untuk dijadikan objek belajar bagi pencapaian tujuan pendidikan, dan (2)pokok bahasan,konsep, serta prinsip atau mode of inquery sebagai objek belajar yang memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan dan memiliki hubungan untuk berkembang, mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkugan, dan memanfaatkannya untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak teramalkan (Soedjiarto 2000:19-51)
Atas dasar landasan pemikiran tersebut, maka ruang lingkup kajian pendidikan teknologi yang dikembangkan dapat mencakup sebagai berikut :
1. Pilar teknologi, yaitu aspek-aspek yang diproses untuk menghasilkan sesuatu produk teknologi yang merupakan bahan ajar tentang materi/bahan, energi, dan informasi
2. Domain teknologi, yaitu suatu fokus bahan kajian yang digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan bahan pelajaran yang terdiri atas 1)teknologi dan masyarakat (berintikan teknologi untuk kehidupan sehari-hari,industri,profesi, dan lingkungan hidup) (2) produk teknologi dan sistem (berintikan bahan,energi, dan sistem),dan (3)perancangan dan pembuatan karya teknologi (berintikan gambar dan perancangan, pembuatan dan kaji ulang perancangan)
3. Area teknologi, yaitu batas kawasan teknologi dalam program pendidikan teknologi, hal ini antara lain teknologi produksi, teknologi komunikasi, teknologi energi, dan bioteknologi
Teknologi dapat meningkatkan kualitas dan jangkauan bila digunakan secara bijak untuk pendidikan dan latihan, dan mempunyai arti yang sangat penting bagi kesejahteraan ekonomi (Tony Bates, 1995). Alisjahbana I. (1966) mengemukakan bahwa pendekatan pendidikan dan pelatihan nantinya akan bersifat “Saat itu juga (Just on Time)”.
Teknik pengajaran baru akan bersifat dua arah, kolaboratif, dan inter-disipliner. Apapun namanya, dalam era informasi, jarak fisik atau jarak geografis tidak lagi menjadi faktor dalam hubungan antar manusia atau antar lembaga usaha, sehingga jagad ini menjadi suatu dusun semesta atau “Global village”. Sehingga sering kita dengar istilah “jarak sudah mati” atau “distance is dead” Romiszowski & Mason (1996) memprediksi penggunaan “Computer-based Multimedia Communication (CMC)” yang bersifat sinkron dan asinkron. makin lama makin nyata kebenarannya. Dari ramalan dan pandangan para cendikiawan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan masuknya pengaruh globalisasi, pendidikan masa mendatang akan lebih bersifat terbuka dan dua arah, beragam, multidisipliner, serta terkait pada produktivitas kerja “saat itu juga” dan kompetitif.
2.4 Fungsi Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam pembelajaran
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memilliki tiga fungsi utama yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu (1) Teknologi berfungsi sebagai alat (tools), dalam hal ini TIK digunakan sebagai alat bantu bagi pengguna (user) atau siswa untuk membantu pembelajaran, misalnya dalam mengolah kata, mengolah angka, membuat unsur grafis, membuat database, membuat program administratif untuk siswa, guru dan staf, data kepegawaian, keungan dan sebagainya.(2) Teknologi berfungsi sebagai ilmu pengetahuan (science). Dalam hal ini teknologi sebagai bagian dari disiplin ilmu yang harus dikuasai oleh siswa. Misalnya teknologi komputer dipelajari oleh beberapa jurusan di perguruan tinggi seperti informatika, manajemen informasi, ilmu komputer. dalam pembelajaran di sekolah sesuai kurikulum 2006 terdapat mata pelajaran TIK sebagai ilmu pengetahuan yang harus dikuasi siswa semua kompetensinya. (3) Teknologi berfungsi sebagai bahan dan alat bantu untuk pembelajaran (literacy). dalam hal ini teknologi dimaknai sebagai bahan pembelajaran sekaligus sebagai alat bantu untuk menguasai sebuah kompetensi berbantuan komputer. Dalam hal ini komputer telah diprogram sedemikian rupa sehingga siswa dibimbing secara bertahap dengan menggunakan prinsip pembelajaran tuntas untuk menguasai kompetensi. dalam hal ini posisi teknologi tidak ubahnya sebagai guru yang berfungsi sebagai : fasilitator, motivator, transmiter, dan evaluator.
Disinilah peran dan fungsi teknologi informasi untuk menghilangkan
berkembangnya sel dua, tiga dan empat berkembang di banyak institusi pendidikan yaitu dengan cara:(1) Meminimalisir kelemahan internal dengan mengadakan perkenalan teknologi informasi global dengan alat teknologi informasi itu sendiri (radio, televisi, computer )(2) Mengembangkan teknologi informasi menjangkau seluruh daerah dengan teknologi informasi itu sendiri (Wireless Network connection, LAN ), dan (3) Pengembangan warga institusi pendidikan menjadi masyarakat berbasis teknologi informasi agar dapat terdampingan dengan teknologi informasi melalui alat-alat teknologi informasi.
Peran dan fungsi teknologi informasi dalam konteks yang lebih luas, yaitu dalam manajemen dunia pendidikan, berdasar studi tentang tujuan pemanfaatan TI di dunia pendidikan terkemuka di Amerika, Alavi dan Gallupe (2003) menemukan beberapa tujuan pemanfaatan TI, yaitu (1) memperbaiki
competitive positioning; (2) meningkatkan brand image; (3) meningkatkan kualitas pembelajaran dan pengajaran; (4) meningkatkan kepuasan siswa; (5) meningkatkan pendapatan; (6) memperluas basis siswa; (7)
meningkatkan kualitas pelayanan; (8)mengurangi biaya operasi; dan (9) mengembangkan produk dan layanan baru. Karenanya, tidak mengherankan jika saat ini banyak institusi pendidikan di Indonesia yang berlombalomba berinvestasi dalam bidang TI untuk memenangkan persaingan yang semakin ketat. Maka dari itu untuk memenangkan pendidikan yang bermutu maka disolusikan untuk memposisikan institusi pendidikan pada sel satu yaitu lingkungan peluang yang menguntungkan dan kekuatan internal yang kuat.
2.5 Faktor-Faktor Pendukung Teknologi Informasi Dalam Pendidikan
Teknologi informasi yang merupakan bahan pokok dari e-learning itu sendiri berperan dalam menciptakan pelayanan yang cepat, akurat, teratur, akuntabel dan terpecaya.Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka ada beberapa factor yang mempengaruhi teknologi informasi yaitu:(1)Infrastruktur
(2)Sumber Daya Manusia (3)Kebijakan (4)Finansial, dan (5)Konten dan Aplikasi (Soekartawi,2003).
Maksud dari faktor diatas adalah agar teknologi informasi dapat berkembang dengan pesat ,pertama dibutuhkan infrastruktur yang memungkinkan akses informasi di manapun dengan kecepatan yang mencukupi.
Kedua, faktor SDM menuntut ketersediaan human brain yang menguasai teknologi tinggi. Ketiga, faktor kebijakan menuntut adanya kebijakan berskala makro dan mikro yang berpihak pada pengembangan teknologi informasi jangka panjang. Keempat, faktor finansial membutuhkan adanya sikap positif dari bank dan lembaga keuangan lain untuk menyokong industri teknologi informasi. Kelima, faktor konten dan aplikasi menuntut adanya informasi yang disampai pada orang, tempat, dan waktu yang tepat serta ketersediaan aplikasi untuk menyampaikan konten tersebut dengan nyaman pada penggunanya.
E-learning yang merupakan salah satu produk teknologi informasi tentu juga memiliki faktor pendukung dalam terciptanya pendidikan yang bermutu, adapun faktor-faktor tersebut; Pertama, harus ada kebijakan sebagai payung yang antara lain mencakup sistem pembiayaan dan arah pengembangan.
Kedua, pengembangan isi atau materi, misalnya kurikulum harus berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Dengan demikian, nantinya yang dikembangkan tak sebatas operasional atau latihan penggunaan komputer. Ketiga, persiapan tenaga pengajar, dan terakhir, penyediaan perangkat kerasnya (Soekartawi,2003).
Perkembangan Teknologi Informasi memacu suatu cara baru dalam kehidupan, dari kehidupan dimulai sampai dengan berakhir, kehidupan seperti ini dikenal dengan e-life, artinya kehidupan ini sudah dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan secara elektronik. Dan sekarang ini sedang semarak dengan berbagai huruf yang dimulai dengan awalan e seperti e-commerce, e-government, e-education, e-library, e-journal, e-medicine, e-laboratory, e-biodiversiiy, dan yang lainnya lagi yang berbasis elektronika (Mason R. 1994)
Bishop G. (1989) meramalkan bahwa pendidikan masa mendatang akan bersifat luwes (flexible), terbuka, dan dapat diakses oleh siapapun juga yang memerlukan tanpa pandang faktor jenis, usia, maupun pengalaman pendidikan sebelumnya (Bishop G. 1989). Mason R. (1994) berpendapat bahwa pendidikan mendatang akan lebih ditentukan informasi interaktif, seperti CD-ROM Multimedia, dalam pendidikan secara bertahap menggantikan TV dan Video. Dengan adanya perkembangan teknologi informasi dalam bidang pendidikan, maka pada saat ini sudah dimungkinkan untuk diadakan belajar jarak jauh dengan menggunakan media internet untuk menghubungkan antara mahasiswa dengan dosennya, melihat nilai mahasiswa secara online, mengecek keuangan, melihat jadwal kuliah, mengirimkan berkas tugas yang diberikan dosen dan sebagainya, semuanya itu sudah dapat dilakukan (Mason R. 1994).
2.6 Masalah Dan Hambatan Dalam Penggunaan Teknologi Informasi
Seperti teknologi lain yang telah hadir ke muka bumi ini, TI juga hadir dengan dialektika. Selain membawa banyak potensi manfaat, kehadiran TI juga dapat membawa masalah. Khususnya Internet, penyebaran informasi yang tidak mungkin terkendalikan telah membuka akses terhadap informasi yang tidak bermanfaat dan merusak moral. Karenanya, penyiapan etika siswa juga perlu dilakukan. Etika yang terinternalinasi dalam jiwa siswa adalah firewall terkuat dalam menghadang serangan informasi yang tidak berguna.
Masalah lain yang muncul terkait asimetri akses; akses yang tidak merata. Hal ini akan menjadikan kesenjangan digital (digital divide) semakin lebar antara siswa atau sekolah dengan dukungan sumberdaya yang kuat dengan siswa atau sekolah dengan sumberdaya yang terbatas (lihat juga Lie, 2004). Survei yang dilakukan oleh penulis pada Mei 2005 di tiga kota/kabupaten di Propinsi DI Yogyakarta terhadap 298 siswa dari 6 buah SMU yang berbeda menunjukkan bahwa akses terhadap komputer dan Internet di daerah kota (i.e. Kota Yogyakarta) jauh lebih baik dibandingkan dengan daerah pinggiran (i.e. Kabupaten Bantul dan Gunungkidul). Jika hanya sekolah swasta yang dianalisis, kesenjangan ini menjadi sangat tinggi. Akses siswa SMU swasta di Kota Yogyakarta terhadap komputer
dan Internet secara signifikan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan siswa SMU swasta di Kabupaten Bantul dan Gunungkidul. Minimal, hal ini memberikan sinyal adanya kesenjangan digital antar kelompok dalam masyarakat, baik dikategorikan menurut lokasi geografis maupun tingkat ekonomi.
Data Departemen Pendidikan Nasional menunjukkan bahwa sebanyak 90% SMU dan 95% SMK telah memiliki komputer. Namun demikian, kurang dari 25% SMU dan 10% SMK yang telah terhubungan dengan Internet Mohandas, 2003). Di tingkat perguruan tinggi, data Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi – dalam Pannen (2005) – menunjukkan bahwa kesadaran dalam pemanfaatan TI dalam proses pembelajaran masih sangat rendah. Analisis terhadap proposal teaching grant, baru 29,69% yang memanfatkan media berbasis teknologi komputer. Ketersedian media berbasis teknologi informasi juga masih terbatas. Hanya 15,54% perguruan tinggi negeri (PTN) dan 16,09% perguruan tinggi swasta (PTS) yang memiliki ketersediaan media berbasis teknologi informasi. Sekitar 16,65% mahasiswa dan 14,59% dosen yang mempunyai akses terhadap teknologi informasi. Hasil survei yang melihat pemanfaatan TI pada tahun 2004 menunjukkan bahwa baru 17,01% PTN, 15,44% PTS, 9,65% dosen, dan 16,17% mahasiswayang memanfaatkan TI dengan baik. Secara keseluruhan statistik ini menunjukkan bahwa adopsi TI dalam dunia pendidikan di Indonesia masih rendah (Mohandas, 2003).
Tulisan singkat ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait dengan (a) bagaimana seharusnya kita memandang TI, termasuk potensi apa yang ditawarkan oleh TI; dan (b) bagaimana peran TI dalam modernisasi/reformasi pendidikan.Untuk masalah kesenjangan ini, semua pihak (e.g. pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dunia pendidikan, dan industri) dapat mulai memikirkan program untuk meningkatkan dan memeratakan akses terhadap teknologi informasi di dunia pendidikan. Program yang difasilitasi oleh Sekolah2000 (www.sekolah2000.or.id) dengan membagikan komputer layak pakai ke sekolah-sekolah adalah sebuah contoh menarik. Tentu saja program seperti ini harus diikuti dengan penyiapan infrastruktur lain seperti listrik dan
telepon. Pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan melek (literacy) TI juga pintu masuk lain yang perlu dipikirkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap potensi TI, yang pada akhirnya diharapkan meningkatkan kesadaran (awareness). Tanpa awareness, pemanfaatan TI tidak optimal, dan yang lebih mengkhawatirkan lagi sulit untuk berkelanjutan (sustainable). Dalah kaitan ini, program untuk peningkatan awareness yang berkelanjutan seperti pendidikan berkelanjutan lewat berbagai media (e.g. pelatihan konvensional dan media massa) dan lomba website sekolah (seperti yang diadakan oleh Sekolah2000 setiap tahun) merupakan sebuah alternatif yang perlu dipikirkan (www.sekolah200.co.id)

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan media teknologi pendidikan, yaitu dengan cara mencari dan mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi dalam belajar kemudian dicarikan pemecahannya melalui aplikasi Teknologi Informasi yang sesuai.Upaya pemecahan permasalahan pendidikan terutama masalah yang berhubungan dengan kualitas pembelajaran, dapat ditempuh dengan cara penggunaan berbagai sumber belajar dan penggunaan media pembelajaran yang berfungsi sebagai alat bantu dalam meningkatkan kadar hasil belajar peserta didik. Teknologi informasi digunakan sebagai media untuk mempermudah pencarian informasi tersebut.
3.1 Saran
Teknologi informasi merupakan salah satu media yang efektif dalam kegiatan pembelajaran. Namun dalam penggunaanya harus sesuai dengan tujuan pembelajaran karena sering terjadi penyalahgunaan dalam penggunaan teknologi informasi.

 

TEKNOLOGI UNTUK MURID PENYANDANG CACAT Oktober 7, 2009

Filed under: artikel — Universitas Tirtayasa S2 TPm @ 3:35 pm

Komputer dan teknologi lainnya merupakan alat bantu yang dapat membantu murid penyandang cacat dalam proses belajar. Sebagai contoh, Murid yang memiliki gangguan penglihatan dapat mengakses teks tertulis dengan menggunakan alat audi­tory atau alat pembesaran cetak, murid yang memiliki kesulitan untuk mengorganisasikan pemikirannya dapat menggunakan perangkat lunak yang membantu mengorganisasikan hasil pemikirannya secara visual, murid dengan keterbatasan menulis dapat dibantu dengan memanfaatkan teknologi komputer yang dapat menyesuaikan visual anak ke dalam komputer atau perangkat lunak pengenal suara dan murid yang tidak dapat mempergunakan suara mereka mengunakan suatu alat komunikasi alternatif.

Evolusi Sejarah Teknologi Untuk Murid Penyandang Cacat

Teknologi memiliki riwayat yang panjang dalam membantu orang penyandang cacat; dimulai sejak dulu oleh Graham Bel Alexander pada awal 1800s, ketika dia membuat alat untuk orang-orang dengan gangguan pendengaran, dimulai dengan phonoautograph, alat untuk “see speech.”
Jika kita analisa lebih jauh kemajuan teknologi medis dalam membantu para penyandang cacat, hal ini tidak terlepas dari tahun 1500-an, ketika Ambrose Pare memulai memproduksi bagian tubuh dari logam dan alat bantu lainnya untuk para penyandang cacat. Saat ini, teknologi banyak membantu aktifitas-aktifitas yang di masa lalu tidak dapat dilakukan oleh murid penyandang cacat. Seperti dikutip oleh Natinal Council on Disability (1993), Radabaugh berkata, ”Teknologi membuat segalanya jauh lebih mudah bagi orang Amerika dan bagi para penyandang cacat, teknologi membuat segalanya menjadi mungkin.” “for Americans technology makes things easier; for Americans with disabilities, technology makes things possible.”

Ketika berbicara tentang murid yang memiliki keterbatasan, perlu sibedakan anatara murid yang cacat (Disability) dan murid yang memiliki kekurangan/keterbatasan (handicap). Disability didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki keterbatasan fisik, seperti buta. Sedangkan (handicap) adalah seorang murid yang memiliki keterbatasan dalam berinteraksi dengan murid lainnya dan lingkungannya.

Sebagai contoh, jika seorang murid mempunyai gangguan penglihatan (cacat) dan di dalam lingkungannya hanya terdapat teks melalui visual reading, maka murid tersebut juga terbatasi. Kalau murid yang sama berada di dalam satu lingkungan yang menyediakan teks dengan menggunakan audiotape atau huruf Braile, maka keterbatasannya menjadi hilang. Hingga akhirnya, yang menjaDi tujuan utama dari penggunaan teknologi untuk murid dengan keterbatasan adalah untuk menghilangkan keterbatasan dan memberikan kemudahan dalam menanggulangi keterbatasan tersebut dan memberkan akses kepada kurikulum dan aktivitas.

Teknologi dalam Pendidikan untuk Murid Penyandang Cacat

Teknologi yang dapat membantu murid penyandang cacat dikelompokkan pada beberapa jenis yaitu: Teknologi yang dapat membantu orang untuk bergerak, Teknologi yang dibuat untuk membantu dalam berpakaian dan makan, serta teknologi yang dibuat umtuk membantu pekerjaan rumah dan dalam berkendaraan. Oleh kareena itu para pendidik atau para staff di sekolah harus mengetahui teknologi apa saja yang cocok untuk murid dengan berbagai tingkatan kemampuan atau tingkat cacat yang dimilki.

Teknologi Komunikasi yang Mendukung Murid Penyandang Cacat

Alat komunikasi sangat diperlukan di sekolah dan terutama di kelas. Murid yang tidak dapat berkomunikasi secara lisan dengan baik dapat menggunakan alat komunikasi untuk mengekspresikan dirinya, baik menggunakan alat yang disebut alat komunikasi augmentative atau alat komunikasi alternatif. Walaupun kedua alat tersebut terlihat sama, namun ada beberapa perbedaan antara alat komunikasi alternatif dan augumentatif. Mempergunakan sebuah alat untuk menambah atau mendukung komunikasi secara lisan merupakan fungsi dari alat komunikasi augumentatif. Sedangkan menggunakan sebuah alat sebagai pengganti suara disebut alat komunikasi alternatif. Banyak murid-murid yang memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi dapat terbatu dengan menggunakan alat komunikasi augumentatif; namun untuk murid dengan keterbatasan komunikasi yang parah biasanya menggunakan alat komunikasi alternatif.

TEKNOLOGI DI BIDANG PENDIDIKAN DALAM PENGAJARAN MURID PENYANDNAG CACAT
Teknologi yang Dapat Membantu Guru

Seejauh ini murid dianggap sebagai pengguna utama teknologi dalam pendidikan, padahal sebenarnya teknologi juga dapat bermanfaat untuk seorang guru dalam memodifikasi dan mengadaptasikan bahan pengajaran yang tepat bagi murid, terutama bagi murid penyandang cacat. Guru pendidikan khusus sering diberikan tanggungjawab tertentu untuk menyesuaikan bahan tertulis yang digunakan pada kelas umum; mempersiapkan pelajaran dengan dibantu oleh word processing dapat membuat tugas tersebut lebih mudah. Beberapa penerbit kini menyediakan materi (test, lembar kerja, handout) dalam bentuk disk, yang memungkinkan guru untuk dengan cepat memodifikasi bahan pelajarannya kepada seluruh muridnya. Program grafis seperti Inspiration berguna untuk menciptakan story web dan organisator grafis yang lain untuk pembelajaran visual. Selain itu, perangkat lunak untuk menngetahui kemajuan murid sangat berguna untuk guru pendidikan khusus.

Team dan Kerjasama

Semua pembicaraan mengenai murid penyandang cacat harus termasuk dengan pentingnya team dan kerjasama. Reauthorization of IDEA pada tahun 1997 bahkan menekanan kepentingan yang lebih besar kepada murid penyandang cacat di kelas umum. Tujuan dari IDEA adalah untuk selalu meningkatkan pendidikan bersama antara murid penyandang cacat di lingkungan dengan teman mereka yang normal. Untuk mencapai kesuksesan dalam mencapai tujuan, kerjasama merupakan hal yang penting.
Tiap individu / murid memiliki karakter yang berbeda; oleh sebab itu, proses untuk memilih teknologi harus berlandaskan pada kebutuhan dan kemampuan murid. Penilaian terhadap murid meliputi informasi tentang lingkungan murid, yang meliputi sekolah, rumah, dan bentuk komunitasnya.

MENGINTEGRASIKAN TEKNOLOGI KE DALAM KURIKULUM
Materi Berdasarkan Teks

Guru sering menemukan bahwa benda konkrit, bahan pelajaran yang berbentuk hard-copy membuat kegiatan belajar mengajar di dalam kelas menjadi efektif. Lembar kegiatan untuk murid dapat berupa instrumen penilaian, materi remedial, dan aktivitas pengayaan. Pembelajaran seperti ini perlu untuk mempersiapkan murid dalam menambah pengetahuan dan dalam menambahkan materi baca untuk persiapan test. Walaupun banyak sumber pelajaran dengan teknologi tinggi yang tersedia bagi instruktur kelas, namun seringkali materi berdasarkan teks masih menjadi cara terbaik dalam memberikan pelajaran.

Microsoft Office mempunyai satu program yang berfungsi untuk mempertinggi produktifitas kantor termasuk program pengolah kata Word; sistem presentasi grafis Power Point; aplikasi spreadsheet Excel; aplikasi database Access; dan, kemampuan penerbit desktop Publisher. Microsoft Office mengoperasikan semuanya dengan baik sebaik Macintosh dan Windows dioperasikan dengan sedikit perbedan pada funsi mouse. Microsoft Word mempunyai banyak perintah, pilihan, dan menu yang penuh dengan fitur word processor yang merupakan alat yang dipilih untuk mendesain, mengembangkan, membuat dan mengimplementasikan sumber pengajaran yang berdasarkan teks.

Lembar kegiatan dan materi pengajaran dibangun dengan beberapa komponen. Minimal terdiri dari unsur-unsur berikut ini:

• Judul pelajaran. Sebagai tambahan, sebuah grafis atau image yang sesuai dengan materi pengajaran dapat ditambahkan.
• Nama murid. Bahan yang akan dipergunakan oleh group belajar sebaiknya menyediakan tempat untuk mengidentifikasi keikutsertaan murid.
• Tanggal pelajaran / bagian angka. Materi yang sukses dipergunakan dari tahun ke tahun. Tanggal pada pelajaran mengidentifikasi penggunaannya selama satu semester atau beberapa tahun akademik.
• Nama guru. Untuk memperkenalkan diri guru.
• Nomor halaman. Penomoran yang berurutan dapat menghilangkan kebingungan murid dan dapat memfasilitasi dalam melakukan diskusi.
• Berbagai alat bantu untuk pembelajaran siswa. Ini dapat meliputi Clip Art, gambar, dan teks.

Presentasi di Kelas Berdasarkan Visual

Seorang pembelajar konkrit lebih memilih materi yang berdasarkan teks untuk menambah pengetahuan mereka, sedangkan seorang pembelajar abstrak seringkali memilih mengidentifikasi presentasi kelas visuil sebagai gaya belajar yang disukai mereka. Microsoft Power Point menyediakan koleksi desain grafik dan alat presentasi yang menciptakan slide yang digabungkan dengan teks; gambar, bunyi, dan video; hyperlinks ke situs eksternal dan internal; bagan dan graf; dan berbagai keluaran hard-copy. Suatu presentasi kelas yang didesain dengan baik terdiri dari unsur-unsur penting di bawah ini:

• Slide 1 memperkenalkan pelajaran.
• Slide 2 menampilkan tujuan pembelajaran dari mata pelajaran yang akan dipelajari dan sebaiknya kita mengetahui pengetahuan yang telah diketahui oleh murid sebelum pelajaran dimulai.
• Slide 3 sampai 7 menampilkan aktivitas pengembangan untuk pelajaran. Gambar dikuatkan dengan bahan textual untuk mendukung pembelajaran murid.
• Slide 8 memberikan kosa kata dan beberapa bentuk penilaian untuk memastikan murid memahami pelajaran.
• Slide 9 memberikan kesempatan pengayaan untuk murid yang telah siap menyelesaikan pekerjaannya lebih awal. Hubungan ke informasi tambahan diberikan dalam bentuk preselected situs web, materi latihan, dan penelitian di luar untuk kepentingan pembahasan topic selanjutnya.

Pembelajaran Home Page Berdasarkan Web

Internet menambahkan pengajaran di antara semua disiplin, umur murid, dan berbagai sistem pengiriman kelas, meliputi kelas tradisional, kelas hybrid (kombinasi dari kelas pengajaran tradisional dan pengajaran online), atau bahkan kelas cyber (semua kelas diajari pada satu lingkungan online). Guru yang menciptakan situs mereka sendiri mempunyai materi yang berdasarkan web berdasarkan gaya belajar masing-masing murid dan kebutuhan dari murid.

Sebuah pelajaran home page yang disesain dengan baik terdiri dari unsur-unsur penting sebagai berikut:
• Judul Banner dan Gambar untuk membimbing ke dalam topik pelajaran dan mengonfirmasikan lokasi halaman web.
• Pendahuluan, dilengkapi dengan penjelasan singkat mengenai topik, unsur yang tercover dan instruksi untuk murid.
• Tujuan pelajaran. Guru harus berbagi mengenai tujuan pelajaran dengan siswanya; biarkan mereka mengetahui tujuan pelajaran yang akan digunakan untuk mengevaluasi pemahaman mereka.
• Situs untuk Explorasi Murid. Meliputi link-link yang terkait dengan Halaman Web lain.
• Informasi Penilaian murid, meliputi kriteria dalam menilai pelajaran.
• Address Block yang menyediakan kebijakan dalam penggunaan materi yang berdasarkan web yang meliputi kutipan pengarang (dengan nama, afiliasi, dan alamat e-mail); hak cipta dan pernyataan Fair Use; dan tanggal membuat dan memperbaiki.

Akhirnya, ketika menggabungkan alamat web dan link ke dalam pelajaran di kelas, harus diingat bahwa website mempunyai kecenderungan untuk berpindah. Atur sebuah halaman web sebelum kelas dimulai, dan pastikan untuk memegang file yang asli agar mudah bila akan dilakukan revisi, jika situs tersebut benar-benar sudah terintegrasi dengan kurikulum pelajaran yang digunakan.

 

ARAH BARU PENGEMBANGAN PROFESI TEKNOLOGI PENDIDIKAN September 23, 2009

Filed under: artikel — Universitas Tirtayasa S2 TPm @ 3:59 pm

Kurikulum dan Teknologi Pendidikan (Kurtekdik) merupakan salah satu jurusan pendidikan di Indonesia, selama beberapa kali telah terjadi pergeseran orientasi di ranah akademik, tentu seiring dengan dinamika yang terjadi masyarakat pendidikan.

Belakangan ini para pelaku/akademisi jurusan Kurtekdik disibukkan dengan mencari orientasi kerja yang paling pas untuk lulusannya, seiring dengan itu maka harus juga ada penyesuaian-penyesuain kurikulum pendidikan Kurtekdik.

Saya ingin mengingatkan, kesalahan melakukan analisis lapangan kerja pasca kelulusan akan berdampak pada terlantarnya para lulusan. Selama ini, yang paling senter terdengar di jurusan Kurtekdik adalah pengembangan media pembelajaran, ranah ini yang selalu didengungkan dan dibanggakan. Kemudian, ada tarik ulur mengenai Guru TIK yang oleh sebagaian pihak diklaim sebagai ranah kerja lulusan Kurtekdik.

Disini saya tidak ingin menambah perdebatan, Cuma ingin menunjukan fakta tersembunyi di balik peluang lulusan Kurtekdik. Jamak sudah kita ketahui baik mahasiswa, dosen maupun alumni bahwa prosentasi kurikulum di Kurtekdik lebih besar mengarah ke pengembangan media, ini menurut saya yang harus dikritisi.

Saya memahami dan mengalami bagaimana perkuliahan saya dulu hampir sebagian besar didominasi mata kuliah pengembangan media semacam fotografi, pengembangan media grafis, media 3 dimensi, computer dan video. Setelah saya lulus, saya bekerja sebagai pengembang kurikulum di sebuah sekolah favorit dan alhamdulillah telah berhasil mengantarkannya sebagai Sekolah Standar Nasional dan Sekolah Bertaraf Internasional. Disini kemampuan kurikulum jelas sangat dibutuhkan, sebelumnya saya diamanahi sebagai wakil kepala bidang kurikulum di sebuah SMA/MA swasta, lagi-lagi kemampuan kurikulum yang dibutuhkan. Pada waktu itu saya melihat bahwa kasus saya adalah individual dan tetap beranggapan bahwa konsep yang pertama dan utama lulusan Kurtekdik adalah pengembang media/teknisi media.

Sekarang saya menjadi Analis Program di Pusdiklat Lembaga Pemerintah, Pusdiklat yang juga scr structural memiliki studio pengembangan media pembelajaran. Disini Lulusan Kurtekdik lebih banyak menangani pendesainan program dan pengembangan kurikulum diklat. Diskusi sederhana saya lakukan dengan rekan seprofesi, bahwa kompetensi utama sarjana Teknologi Pendidikan sebenarnya saat ini harus diarahkan ke pengembang program/kurikulum, sedangkan untuk pengembangan media, sarjana Teknologi Pendidikan cukup sebagai manager dan pendesain programnya. Kita tidak perlu langsung menangani pengembangan media, mengingat saat ini banyak sarjana atau diploma yang bergelut dibidang media baik itu video, computer, maupun foto.

Logikanya sederhana, secara kompetensi dan ketrampilan sarjana Teknologi Pendidikan tentu tidak semahir sarjana computer dalam bidang computer praktis, sedangkan untuk bidang video dan foto sudah ada diploma atau sarjana pertelevisian. Kita sebenarnya tidak harus terjun ke ranah praktis, cukup kita sebagai pendesain programnya dan menjadi manager mereka.

Lantas bagaimana dengan Pusat Sumber Belajar di Sekolah? Mengenai PSB, Sarjana Teknologi Pendidikan tetap bisa sebagai pengelolanya, Cuma agak sedikit bergeser dari paradigma tukang ke paradigma manager. Artinya apabila Sarjana Teknologi Pendidikan berkecimpung di PSB maka tidak tidak diutamakan kemampuan praktis media tapi juga tidak boleh diabaikan, yang mesti diutamakan adalah kemampuan pendesainan media pembelajaran yang ideal.

Apabila pendapat diatas diterima, maka konsekuensinya kurikulum Kurtekdik harus sedikit diotak-atik dengan pemberian prioritas SKS lebih besar pada Mata Kuliah terkait pendesainan program dan pengembangan kurikulum. Yakinkah kita bahwa dengan konsen ke pendesain program dan pengembang kurikulum akan banyak lapangan kerja tersedia untuk kita? Seperti saya kemukakan diatas, bahwa ranah kerja kita tetap bisa sebagai pengelola PSB, dan ditambah lagi di Diklat, serta pengembang kurikulum sekolah atau lembaga pendidikan lain.

Fakta menunjukan, beberapa sarjana Kurtekdik kurang begitu memahami fungsi sebagai pengembang kurikulum dan pendesain program kecuali hanya segelintir yang ditunjang kemauan mengembang keilmuan itu di luar perkuliahan.

Peluang menjadi pendesain program dan kurikulum pada lembaga diklat negeri dan swasta terbuka lebar, tapi tidak mengabaikan peluang menjadi pengembang media di PSB yang ada di Sekolah maupun luar sekolah. Jika kita mau mengembangkan media Video Pembelajaran, kita hanya sebagai sutradara, Penulis Scrip atau jamaknya sebagai pendesain programnya saja sedangkan prosen pengambilan gambar dan editing kita serahkan saja pada D3/S1 Pertelevisian atau TI.

Sumber:

ARAH BARU PENGEMBANGAN PROFESI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

 

MENPAN MENERBITKAN PERMEN TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENGEMBANG TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

Filed under: artikel — Universitas Tirtayasa S2 TPm @ 3:50 pm

Lama sekali kita menunggu kepastian mengenai Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajar, akhirnya pertengahan maret 2009 telah terbit Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) Nomor: PER/2/M.PAN/3/2009 tentang Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran dan Angka Kreditnya, tertanggal 10 Maret 2009. Terbitnya Permen tersebut menandai babak baru bagi lahirnya profesi Pengembang Teknologi Pembelajaran yang telah lama diperjuangkan oleh teman-teman penggiat Teknologi Pendidikan (TP) khususnya yang ada di Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan (PUSTEKKOM), sedangkan untuk softcopy Permen tersebut ISTPI telah mengajukan kepada Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara untuk bias mendapatkannya segera, mengingat ISTPI akan mengadakan analisis terhadap materi Permen tersebut.

Bagi lulusan TP lahirnya profesi atau jabatan fungsional Pengembang TP ini merupakan harapan baru untuk lebih meningkatkan pengabdiannya sebagai pegawai negeri. Sebagaimana kita ketahui ditetapkannya Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil adalah dalam rangka pengembangan profesionalisme dan pembinaan karier PNS serta peningkatan mutu pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan seperti diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional PNS. Tentu saja dengan jabatan fungsional ini teman-teman PNS akan memperoleh tunjangan jabatan, dan karena jabatan Pengembang TP ini masuk kategori atau jenjang ahli, mudah-mudahan besarnya tunjangan akan memadai. Besarnya tunjangan ini masih diperjuangkan melalui terbitnya Peraturan Presiden (Perpres)

Jabatan Pengembang TP ini juga menambah jenis jabatan fungsional dalam rumpun pendidikan lainnya, dan memberi peluang lebih besar bagi lulusan jurusan TP. Jabatan ini adalah jabatan karier yang hanya dapat diduduki oleh seseorang yang berstatus PNS. Tugas pokok Pengembang TP adalah melaksanakan analisis dan pengkajian sistem/model teknologi pembelajaran, perancangan sistem/model teknologi pembelajaran, produksi media pembelajaran, penerapan sistem/model dan pemanfaatan media pembelajaran, pengendalian sistem/model pembelajaran, dan evaluasi penerapan sistem/model dan pemanfaatan media pembelajaran. Dengan demikian setiap PNS yang bertugas di Pustekkom, Balai Pengembang Media, Balai Tekkom, dan menjalankan tugas seperti itu maka PNS yang bersangkutan dapat menduduki jabatan Pengembang TP. Jabatan Pengembang TP juga terbuka bagi PNS yang bekerja di Institusi diklat, pusat sumber belajar (PSB), yang ada di sekolah, universitas atau lembaga sejenis baik di lingkungan Depdiknas atau instansi lain. Selamat atas lahirnya jabatan fungsional pengembang TP, semoga diikuti sukses berikutnya.

Sumber:

MENPAN MENERBITKAN PERMEN TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENGEMBANG TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

 

Selamat Idul Fitri 1430 H September 21, 2009

Filed under: artikel — Universitas Tirtayasa S2 TPm @ 7:39 am

Minal Aidzin Wal Faidzin

Minal Aidzin Wal Faidzin


Bagi muslim yang diterima puasanya karena mampu menundukan hawa nafsu duniawi selama bulan Ramadhan dan mengoptimalkan ibadah dengan penuh keikhlasan, maka Idul Fitri adalah hari kemenangan sejati, dimana hari ini Allah Swt akan memberikan penghargaan teramat istimewa yang selalu dinanti-nanti oleh siapapun, termasuk para nabi dan orang-orang shaleh, yaitu ridha dan magfirahNya, sebagai ganjaran atas amal baik yang telah dilakukannya. Allah Swt juga pernah berjanji, tak satupun kaum muslimin yang berdoa pada hari raya Idul Fitri, kecuali akan dikabulkan.
Pertanyaannya, kira-kira puasa kita diterima apa tidak? Atau yang kita lakukan ini hanya ritual-simbolik, sebatas menahan lapar dan haus, seperti yang pernah disinyalir Nabi Muhamad Saw? Jawabnya, Allahu ‘alam, kita tak tahu sejatinya. Tapi menurut para ulama, ada beberapa indikasi, seseorang dianggap berhasil dalam menjalankan ibadah puasa: ketika kualitas kesalehan individu dan sosialnya meningkat. Ketika jiwanya makin dipenuhi hawa keimanan. Ketika hatinya sanggup berempati dan peka atas penderitaan dan musibah saudaranya di ujung sana. Artinya penghayatan mendalam atas Ramadhan akan membawa efek fantastik, individu, maupun sosial.
Penghayatan dan pengamalan yang baik terhadap bulan ini akan mendorong kita untuk kembali kepada fitrah sejati sebagai makhluk sosial, yang selain punya hak, juga punya kewajiban, individu dan sosial. Sudahkan kita merasakannya? Itulah rahasia kenapa selamat hari raya Idul Fitri seringkali diakhiri dengan ucapan Minal ‘Âidîn wal Faizîn (Semoga kita termasuk orang-orang yang kembali pada fitrah sejati manusia dan mendapatkan kebahagian dunia dan akhirat). Selain sebagai doa dan harapan, ucapan ini juga bak pengingat, bahwa puncak prestasi tertinggi bagi mereka yang menjalankan ibadah puasa paripurna, lahir dan bathin, adalah kembali kepada fitrahnya (suci tanpa dosa).
Makna Idul Fitri
Sejak Idul Fitri resmi jadi hari raya nasional umat Islam, tepatnya pada tahun II H. kita disunahkan untuk merayakannya sebagai ungkapan syukur atas kemenangan jihad akbar melawan nafsu duniawi selama Ramadhan. Tapi Islam tak menghendaki perayaan simbolik, bermewah-mewah. Apalagi sambil memaksakan diri. Islam menganjurkan perayaan ini dengan kontemplasi dan tafakur tentang perbuatan kita selama ini.
Syeikh Abdul Qadir al-Jailany dalam al-Gunyah-nya berpendapat, merayakan Idul Fitri tidak harus dengan baju baru, tapi jadikanlah Idul fitri ajang tasyakur, refleksi diri untuk kembali mendekatkan diri pada Alah Swt. Momen mengasah kepekaan sosial kita. Ada pemandangan paradoks, betapa disaat kita berbahagia ini, saudara-saudara kita di tempat-tempat lain masih banyak menangis menahan lapar. Bersyukurlah kita! Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1430 H. Mohon maaf lahir dan bathin.
(sumber: http://www.cybermq.com/pustaka/detail/telaah/255/makna-idul-fitri)

 

Rencana Pembangunan Sport Hall Center

Filed under: artikel,Uncategorized — Universitas Tirtayasa S2 TPm @ 7:10 am

Maket Sport Hall

(Keluarga Besar Mahasiswa) Untirta, Rencana tersebut diutarakan pembantu rektor II Bidang Keuangan, Bpk. H. Sudendi, SE.MM dan pembantu Rektor III bidang Kemahasiswaan Bpk. H. Aris Suhadi, SH.MH. Pada Acara Temu Bicara dan Buka Puasa Bersama (Jumat, 11 September 2009) KBM Untirta beserta Jajaran Rektorat yang dihadiri oleh Pembantu Rektor II dan Pembantu Rektor III juga seluruh BEM Universitas, Fakultas, serta HMJ masing-masing Program Study dan Juga Unit-unit Kegiatan Mahasiswa yang ada dilingkungan Civitas Akademika, Beliau Mengatakan Sport Hall merupakan perbaikan fasilitas olahraga berupa rekonstruksi perbaikan lapangan sepakbola untirta menjadi tempat yang lebih modern dan maju, mengingat animo mahasiswa dalam penggunaan lapangan sepakbola sangatlah tinggi, maka untuk menampung dan mengapresiasikan minat bakat mahasiswa tersebut perlu adanya fasilitas daya tampung yang layak serta nyaman dalam melakukan aktifitas olahraga, sport hall juga merupakan fasilitas lapangan sepakbola multifungsi, karena selain sebagai lapangan sepakbola, sport hall juga bisa dijadikan fasilitas kegiatan civitas akademika misal kuliah umum, Dies Natallies, dan acara-acara wisuda. Sport Hall Yang rencananya akan dibangun pada awal 2010 dengan menghabiskan dana sebesar Rp. 30 Miliar, di sampaikan di sela-sela acara Mahasiswa Bicara (Maca) yang di adakan oleh UPT Humas dan Protokoler Untirta. Pada acara tersebut KBM juga mengutarakan tuntutan-tuntutannya, antara lain perbaikan sarana dan prasarana kuliah, sarana kegiatan kemahasiswaan dan transparansi dalam pembangunan infrasturktur di lingkungan kampus untirta. Acara yang dihadiri sekitar 120 mahasiswa dan jajaran rektorat menghasilkan sebuah petisi dari kalangan mahasiswa mengenai permasalahan-permasalahan yang ada di untirta. Mudahan-mudahan dengan adanya sport hall mahasiswa mampu lebih meningkatkan kemampuan dan keahlian di bidang olahraga dan lain-lain.

(sumber:http://www.untirta.ac.id/)

 

Sejarah Singkat Untirta September 15, 2009

Filed under: artikel — Universitas Tirtayasa S2 TPm @ 1:07 am

UNTIRTA -WARNA
Sejarah Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dimulai dari hasil kesepakatan para tokoh ulama, pemuka masyarakat dan pejabat pemerintah sewilayah I Banten selaku pribadi-pribadi pada tanggal 1 Oktober 1980 didirikanlah Yayasan Pendidikan Serang – Banten, yang dikukuhkan berdasarkan Akte Notaris Rosita Wibisono, S.H. Nomor: 1 tanggal 1 Oktober 1980. Nama Tirtayasa diambil dari nama pahlawan nasional yang berasal dari Banten yaitu Sultan Ageng Tirtayasa (Kepres RI Nomor: 045/TK/1970), pewaris Kesultanan Banten keempat, yang secara gigih menentang penjajahan Belanda dan berhasil membawa kejayaan dan keemasan Banten.

Satu tahun kemudian setelah berdirinya Yayasan sebagai Badan Hukum Penyelenggara (BHP), pada tanggal 1 Oktober 1981 mulai membuka Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH). Sejalan dengan tumbuhnya aspirasi masyarakat yang haus akan pendidikan serta meningkatnya pembangunan industri di daerah Banten, maka pada tahun akademik 1982/1983 dibuka lagi dua Sekolah Tinggi yaitu Sekolah Tinggi Teknologi (STT) dan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) persiapan Universitas Tirtayasa Serang Banten.
Atas dasar kesungguhan yang telah ditunjukkan oleh pengurus yayasan beserta sivitas akademikanya keluarlah Surat Keputusan Mendikbud nomor : 0220/0/1984 dan nomor : 0221/0/1984 perihal status terdaftar STIH dan STIKIP tak lama kemudian masih dalam tahun itu pula yaitu tanggal 28 November 1984 keluarlah SK mendikbud nomor : 0597/0/1984 tentang status terdaftar peningkatan dari Sekolah Tinggi Ilmu Hukum menjadi Fakultas Hukum, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan Fakultas Teknik Universitas Tirtayasa. Perubahan tersebut bagi pengurus yayasan dan sivitas akademikanya merupakan suatu anugrah yang luar biasa yang patut untuk disyukuri. Tahunpun terus bertambah, animo masyarakat untuk memasuki Untirta pun terus meningkat maka dalam tahun akademik 1984/1985 dibuka lagi Fakultas Pertanian. Melalui Akte Perubahan Notaris Ny. R. Arie Soetardjo, SH. Nomor: 1 tanggal 3 Maret 1986 dijelaskan mengenai maksud dan tujuan pendirian yayasan ini adalah : 1. Membantu usaha-usaha pemerintah dalam bidang pendidikan umum, yaitu mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi. 2. Mendirikan sekolah-sekolah mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi, termasuk juga sekolah-sekolah kejuruan. 3. Merencanakan dan mengusahakan sarana pendidikan, termasuk juga sarana olah raga. Untirta berkembang dengan berdirinya Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekonomi berturut-turut dengan Surat Keputusan Mendikbud RI Nomor: 0123/0/1989 tanggal 8 Maret 1989 dan Nomor: 0331/0/1989 tanggal 30 Mei 1989, masing-masing dengan status terdaftar.

Selanjutnya pada tanggal 13 Oktober 1999 keluar Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: 130 tentang Persiapan Pendirian Universitas Negeri Sultan Ageng Tirtayasa. Dengan keluarnya Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: 32 tanggal 19 Maret 2001, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa menjadi Perguruan Tinggi Negeri dalam lingkungan Departemen Pendidikan Nasional. Pengalihan aset dan pengelolaan sumber daya dari Yayasan Pendidikan Tirtayasa kepada Pemerintah dilaksanakan paling lama dalam waktu tiga tahun. Saat ini Universitas Sultan Ageng Tirtayasa terdiri dari enam fakultas, yaitu : Fakultas Hukum, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Teknik, Fakultas Pertanian, Fakultas Ekonomi, dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Pada tahun akademik 2008/2009 dibuka program S2 Teknologi Pembelajaran (TPm) dan Pendidikan Bahasa Indonesia (PBI).

(Sumber: http://www.bks-ptn-barat.net/anggota/detagt.php?kdptn=20041223163849)